KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.2 – PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA

 


Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

 ·           Kesimpulan tentang ‘Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan implementasi di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

1.        Murid

2.        Kepala Sekolah

3.        Guru

4.        Staf/Tenaga Kependidikan

5.        Pengawas Sekolah

6.        Orang Tua

7.        Masyarakat sekitar sekolah

8.        Dinas terkait

9.        Pemerintah Daerah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

1.        Keuangan

2.        Sarana dan prasarana

3.        Lingkungan alam

Dalam modul 3.2 ini terdapat pendekatan berfikir dalam pengelolaan aset terdiri atas 2 jenis, yakni:

1.        Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.

2.        Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking)adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, maka harus bisa menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau asset based thinking.

 Maka akan muncul pertanyaan mengapa berfikir berbasis aset?

1.        Berfikir berbasis aset menjadikan suasana nyaman dan menyenangkan.

2.        Berfikir berbasis aset maka kita bisa membayangkan masa depan.

3.        Berpikir berbasis aset artinya kita berfikir tentang kesuksesan.

4.        Berpikir berbasis aset artinya kita mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan).

5.        Berpikir berbasis aset artinya kita merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan.

6.        Berpikir berbasis aset artinya melaksanakan rencana-rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mempunyai pola pikir dan sikap positif untuk menuju perubahan sehingga bisa mengelola aset yang ada dengan pendekatan positif agar bisa memanfaatkan aset yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas, dan mewujudkan siswa yang senang dan bahagia. Tentunya pendekatan yang dilakukan merupakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada:

1.        Nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.

2.        Mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

3.        Kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri.

4.        Berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Berdasarkan sumberdaya yang ada di sekolah dan dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan tujuh aset / potensi atau modal utama sebuah sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. Tujuh aset / potensi atau sumber daya sekolah tersebut antara lain: (1) Modal Manusia (2) Modal Fisik (3) Modal Sosial (4) Modal Finansial (5) Modal Politik (6) Modal Lingkungan/ Alam (7) Modal Agama dan Budaya. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk selalu berpikir positif dan bisa mengembangkan potensi sekolah. Guru mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan, merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

·          Penjelasan dan contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

Sekolah adalah institusi pendidikan yang bertanggungjawab dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki peran yang sangat strategis karena salah satu dari tugas kepala sekolah adalah menjadi seorang pengelola/manajer. Kepala sekolah harus mampu mengatur keseluruhan sekolah, termasuk mengatur sumber daya manusia yang ada; terutama para guru dan staff administrasi yang merupakan para pelaksana langsung dalam kegiatan sekolah yang juga berperan besar dalam kesuksesan sekolah dalam rangka untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah. Pengelolaan sumber daya dilakukan dengan beberapa aktivitas termasuk persiapan, penataan, pengarahan, dan pengawasan. Dalam hal manajemen sumber daya manusia, kepala sekolah memiliki tugas yang terbagi dalam tiga aspek, diantaranya: 1) pembekalan bagi para pegawai, 2) pemanfaatan para pegawai yang sudah ada, dan 3) membangun dan mengembangkan. Faktor yang mendukung dan juga menghambat dalam manajemen sumber daya manusia harus dikelola dengan baik sehingga kinerja yang bagus akan diperoleh, tujuan sekolah dapat tercapai, dan kualitas lulusan akan meningkat.

Sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, tugas kepala sekolah mencakup 3 aspek, yaitu: 1) pengadaan tenaga, 2) pemanfaatan tenaga yang telah dimiliki, serta 3) pembinaan dan pengembangan. Dalam pengadaan tenaga, kepala sekolah harus melakukan analisis pekerjaan sehingga tenaga akan benar-benar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Setelah itu dilakukan, maka sekolah baru mengadakan tenaga yang dibutuhkan. Untuk sekolah negeri tidak bisa merekrut sendiri, tetapi mengusulkan pengangkatan tenaga baru kepada atasan langsung (Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten/Kota). Kepala sekolah dalam pembinaan dan pengembangan tenaga yang dimiliki dapat dilakukan dengan peningkatan profesionalisme, pembinaan karir, dan peningkatan kesejahteraan. Langkah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kontribusi tenaga pendidik dan kependidikan atau sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dalam pencapaian tujuan sekolah.

Agar seluruh sumber daya manusia yang ada di sekolah, seperti wakil kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik, orangtua peserta didik, komite sekolah, dan pihak-pihak terkait dapat berperan secara optimal dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah, maka perlu dikelola dan diberdayakan oleh kepala sekolah sesuai kapasitas masing-masing. Untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga adminstrasi dapat dilakukan melalui: 1) mengikutsertakan dalam pelatihan baik yang dilaksanakan di sekolah (in house training) maupun di luar sekolah dan setelah pelatihan harus mengimbaskan kepada guru/tenaga administrasi lain, 2) sekolah menyediakan buku-buku atau referensi yang memadai bagi guru/tenaga administrasi, dan 3) mendorong dan memfasilitasi guru/tenaga administrasi untuk melakukan tutor sebaya melalui kegiatan KKG/MGMP baik di tingkat sekolah atau kabupaten/kota. Bentuk upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga adminstrasi, misalnya pelatihan tentang kurikulum, pengembangan media pembelajaran, keterampilan menggunakan komputer, pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi, kearsipan, perpustakaan, pengelolaan laboratorium, dan lain-lain. Selain itu, kepala sekolah harus melakukan pembinaan karir bagi guru dan tenaga administrasi dengan membantu, mendorong, dan memfasilitasi agar mereka dapat meningkatkan karirnya. Langkah yang dapat dilakukan kepala sekolah, antara lain: 1) mengkaitkan prestasi guru/tenaga administrasi dengan peningkatan jabatan baik struktural maupun fungsional, 2) membantu guru agar lancar dalam kenaikan pangkat melalui usulan PAK, dan 3) jika di sekolah tidak ada formasi kosong, maka kepala sekolah dapat membantu guru/tenaga administrasi yang berprestasi untuk dipromosikan ke sekolah lain atau ke tingkat yang lebih tinggi.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan kesejahteraan. Kesejahteraan dapat berupa materi atau non-materi yang mengarah pada kepuasan kerja. Untuk itu perlu dilakukan oleh kepala sekolah hal-hal sebagai berikut: 1) memberikan apa yang menjadi hak guru dan tenaga administrasi, 2) memberikan penghargaan bagi guru dan tenaga administrasi yang berprestasi atau mengerjakan tugas dengan baik, 3) membina hubungan kekeluargaan di antara para guru dan tenaga administrasi beserta keluarganya, 4) memberikan kesempatan dan memfasilitasi agar setiap guru dan tenaga administrasi dapat mengaktualisasikan potensinya dengan cara memberi kesempatan mengemukakan gagasan dan mewujudkannya, dan 5) jika memungkinkan mengupayakan kesejahteraan materi dalam APBS sepanjang tidak menyalahi aturan yang ada.

Guru sebagai ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran harus selalu didorong dan difasilitasi oleh kepala sekolah agar mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Peran guru sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih akan berlangsung dengan baik apabila dikelola dengan baik pula sehingga akan memberikan hasil.

pendidikan yang optimal dan sesuai harapan semua pihak. Di samping guru sebagai tenaga pendidik, maka tenaga administrasi juga berperan penting dalam mendukung tugas pendidik dan urusan persekolahan lainnya, seperti kegiatan surat-menyurat, inventaris barang, perpustakaan, pemeliharaan dan pendayagunaan laboratorium, dan sebagainya. Dengan demikian, peran tenaga administrasi juga sangat penting dalam mendukung kegiatan pembelajaran yang efektif. Bahkan peserta didik, orangtua peserta didik, dan komite sekolah seharusnya juga bisa dikelola dengan baik agar memberi dukungan secara menyeluruh terhadap pencapaian tujuan sekolah. Mereka juga perlu dilibatkan dalam pengambilan kebijakan sekolah sesuai porsinya masing-masing sehingga akan memberikan dukungan yang kuat dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah.

Semua upaya yang dilakukan tersebut sebenarnya bermuara pada kepentingan peserta didik, yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu, lulusan yang menguasai seluruh kompetensi yang dipersyaratkan dengan kategori baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kepala sekolah harus melakukan upaya-upaya tertentu dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki sekolah agar seluruh tenaga, terutama guru dan tenaga administrasi agar mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

·           Beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

1.    Modul 1.1 Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara : Pemetaan potensi yang bisa disesuaikan untuk menuntun murid sesuai kodratnya. Bagaimana guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid dengan menggali aset/kekuatan yang ada.

2.    Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Kompetensi atau kemampuan untuk merefleksikan, membuat inovasi dan kreatifitas serta berkolaborasi dalam mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam melihat aset/kekuatan yang ada.

3.    Modul 1.3 Visi Guru Penggerak: Konsep BAGJA dan 5D digunakan untuk memulai perencanaan dalam pengelolaan sumber daya.

4.    Modul 1.4 Budaya Positif: Memetakan potensi / aset adalah salah satu cara berpikir positif dalam perencanaan pengembangan sumber daya.

5.    Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi: Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa memetakan minat dan kreatifitas siswa sebagai aset terbaik sekolah.

6.    Modul 2.2 Keterampilan Sosial dan Emosional: Kompetensi / kemampuan guru dalam keterampilan sosial dan emosional dalam memaksimalkan pembinaan siswa sebagai aset sekolah.

7.    Modul 2.3 Coaching: Teknink, prinsip, dan langkah-langkah coaching bisa dilakukan guru untuk menggali kemampuan dan kemandirian coachee sebagai aset sekolah, dalam menyelesaikan permasalahannya.

8.    Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran : Dengan menerapkan konsep, paradigma dan nilai kebaikan bersama serta penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, maka pengelolaan aset dapat berjalan lebih optimal.

·           Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri saya setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

a.             Sebelum Mengikuti Modul Ini:

1.          Saya cenderung masih berfokus pada berpikir akan kekurangan yang saya miliki dalam Langkah ke depan

2.        Saya belum sepenuhnya mengenali aset/ kekuatan yang ada

3.        Berpikir berbasis masalah

4.        Tentunya saya belum memahami tentang bagaimana cara atau pendekatan yang sesuai jika terdapat asset yang dapat dimanfaatkan

b.             Sesudah Mengikuti Modul Ini:

1.    Saya lebih berfokus pada sumber daya

2.    Saya cenderung berpikir apa yang bisa dikembangkan

3.    Perbedaan Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul 3.2 (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) saya makin mantap dan lebih optimis untuk menjadi seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada.

4.    Saya selalu melakukan pendekatan berpikir berbasis asset

JURNAL REFLESI DWIMINGGUAN MODUL 3.1. PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

JURNAL REFLESI DWIMINGGUAN

MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).

1.       Fact (Peristiwa)

Pada Minggu, CGP sudah mulai melanjutkan pembelajaran baru yaitu mulai mempelajari modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin setelah 1 bulan vakum. Pembelajarn seperti biasa dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontektual, elaborasi pemahaman, koneksi antarmateri dan aksi nyata. Selain itu sudah mulai pendampingan individu (PI 4) oleh penfajar praktek.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran memerlukan panduan yang menuntun dalam mengambil keputusan dilemma etika/bujukan moral.  Dalam menambah wacana tentang bagaimana pengambilan keputusan yang bersifat dilemaetika, CGP diberi kesempatan mewawancai 2-3 kepala sekolah selanjutnya melakukan analisi dan refleksi hasil wawancara dengan para kepala sekolah apakah sudah sesuai dengan 4 paradgma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.

2.       Feeling (Perasaan yang Dialami)

Perasaan saya pastinya sangat senang mendapat pengalaman belajar baru yang bermanfaat bagi saya dalam mengambil suatu keputusan baik sebagai guru terhadap muris, terhadap teman guru lain pada persoalan-persoalan yang berisifat dilemma etika. Selain itu melalui wawancara dengan 2 kepala sekolah yang saya lakukan dapat menambah dan melatih saya bagaimana melakukan komunikasi yang efektid dan pengambilan suatu keputusan yang bertanggungjawab dan pastinya berpihak pada murid.

3.       Finding (Pembelajaran yang Didapat)

Saya sudah mempelajari cara membedakan dilema etika/ ethical dilemma dengan bujukan moral/ moral temptation. Saya juga belajar mengidentifikasi jenis dilema berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri yaitu Individu lawan masyarakat (individual vs community); Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) ; Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) ; dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Saya juga telah mempelajari 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu (Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking); Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking); dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) untuk menghadapi dilema etika.

Saya mengetahui 9 Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan, yaitu: 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) Pengujian benar atau salah, 5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, 6) Melakukan Prinsip Resolusi, 7) Investigasi Opsi Trilema, 8) Buat Keputusan,dan 9) Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

4.       Future (Penerapan ke Depan)

Setelah melakukan pembelajaran pengambilan keputusan, selanjutnya untuk mengasah ketrampilan tentang penerapan paradigma, prinsip dan Langkah-langkah pengambilan keputusan saya berusaha melatih diri dengan menerapkannya dingkungan kelas  dan sekolah tempat saya mengajar. Dengan demikian akan menjadi pembiasaan manakala saya diberikan kesempatan sebagai pemimpin.

 

  

RANGKUMAN KONEKSI ANTARMATERI MODUL 3.1

Rangkuman Koneksi Antar Materi Modul 3.1  - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan. Dan rangkuman ini sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan Pemantik yang diberikan dalam LMS, sebagai berikut :

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah terbaik"

(Teaching kids to count is fine, but teaching them what counts is best) 

Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Kaitan kutipan di atas dengan pembelajaran yang saya pelajari saat ini menurut saya adalah, bahwa pendidikan adalah sebuah proses menyeluruh yang meliputi aspek pendidikan karakter yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu olah hati (spiritual), olah pikir (intelektual), olahraga (kinestetik) dan olah rasa (estetika). Keempat dimensi ini tentunya saling melengkapi dan berkaitan dengan perwujudan nilai yang mulia di dalam diri tiap individu. Jadi maksud dari kutipan tersebut aspek olah pikir/intelektual  itu perlu dan baik untuk diajarkan kepada anak, namun ada hal yang lebih penting dan bermakna serta wajib ditanamkan ke anak, yaitu Pendidikan Karakter,  Budi Pekerti dan Akhlak Mulia. Kutipan tersebut menghadapkan seorang Pendidik pada sebuah Dilema Etika Pembelajaran,  yaitu apakah mendahulukan materi yang akan diajarkan, ataukah nilai-nilai karakter, karena kedua-duanya benar. 

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-pinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Seharusnya nilai-nilai pengambilan keputusan yang dianut haruslah berbasis pada nilai-nilai kebajikan universal dan berpegang pada  3 prinsip pengambilan keputusan, yaitu : (1) Saya lakukan itu karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang  (2) Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan dan (3) Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang diharapkan orang lain lakukan terhadap anda. Dan juga berpatokan pada 4 paradigma, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dengan menganut dan menerapkan nilai, prinsip, paradigma dan 9 langkah pengambilan keputusan sebaik-baiknya, maka keputusan yang terbaik pasti akan didapat dan berdampak positif bagi diri sendiri dan orang lain (lingkungan sekitar).

 

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya dapat berkontribusi dalam pengambilan keputusan dengan melaksanakan dan menerapkan  nilai  dan peran saya sebagai seorang Pendidik sekaligus sebagai pemimpin pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Adapun nilai dan peran saya sebagai seorang Pendidik adalah sebagai berikut :

Nilai :

 a. Berpihak pada murid

 b. Mandiri

 c. Kolaboratif

 d. Inovatif dan

 e. Reflektif

 Peran  :

 a. Menjadi Pemimpin Pembelajaran

 b. Menggerakkan komunitas Praktisi

 c. Menjadi coach bagi guru lain

 d. Mendorong kolaborasi antar guru

 e. Mewujudkan kepemimpinan murid

 

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda.

"Education is the art of making man ethical."

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Menurut saya maksud dari kutipan ini adalah sejalan dengan Filosofis Pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yaitu Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak.  Dan selaras serta sejalan dengan Tujuan Pendidikan yang dicetuskan oleh KHD, beliau menjelaskan bahwa Tujuan Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Kodrat alam terkait dengan sifat dan karakter anak. Peran pendidik tidak bisa menghapus sifat dasar sang anak, yang bisa dilakukan adalah menuntun mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga dapat menutupi/mengaburkan sifat-sifat yang tidak baik. Sedangkan terkait dengan kodrat zaman, pendidik menuntun anak untuk mendapatkan keterampilan sesuai zamannya agar mereka bisa menghadapi masa depan sesuai dengan Keterampilan Pembelajaran  Abad 21. Pendidik harus tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Namun, tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu disaring dan diselaraskan sesuai dengan potensi kultural sosial budaya yang kita miliki.  

Seorang pendidik harus memahami bahwa dalam pendidikan dan pengajaran budi pekerti merupakan bagian terintegrasi dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Salah satu bentuk penanaman budi pekerti yang baik bagi murid yaitu dengan memberikan teladan kepada murid dengan mencontohkan secara langsung dalam perilaku sehari -- hari, sehingga murid dapat meniru dan menjadikan hal ini sebagai proses pembiasaan bagi mereka.

 

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pemikiran KHD dengan Protap Trilokanya harus diterapkan dalam setiap pengambilan keputusan sebagai seorang Pemimpin, yaitu pemimpin Pembelajaran. Dan menurut saya Filosofis Pemikiran KHD masih relevan untuk diterapkan sebagai landasan dasar pengambilan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan universal, prinsip-prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Kaitan antara Seorang pemimpin pembelajaran dengan pengambilan keputusan hendaknya melaksanakan dan menerapkan serta menyelaraskan Pengambilan Keputusan dengan Protap Triloka KHD, yaitu :

1. Ing ngarso sung tulodo (di depan memberikan teladan)

2. Ing madyo mangun karso (di tengah memberikan motivasi)

3. Tut wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan)

 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan?

Seorang Pendidik harus memiliki nilai-nilai yang positif, yaitu nilai yang berpihak pada murid,mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif. Nilai-nilai tersebut harus dipegang teguh, ketika seorang Pendidik harus mengambil keputusan yang dilematis ataupun Bujukan Moral. Dan nilai-nilai yang sudah tertanam dalam jiwa seorang pendidik pastinya akan selalu diterapkan ketika pengambilan keputusan dibuat, dan berpengaruh dalam setiap pengambilan keputusan. Seyogyanyalah keputusan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan YME, diri sendiri dan orang lain. Dengan begitu Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan hasil dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan telah dijalankan sebaik-baiknya. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. 


3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?  

Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan  keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi masalah, berorientasi pada hasil, dan sistematis. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Coaching dalam konteks sekolah merupakan keterampilan coaching sangat perlu dimiliki oleh seorang Pendidik/Guru dalam rangka menuntun murid semua potensi yang dimilikinya untuk  mencapai keselamatan dan kebahagiaan seagai individu dan anggota masyarakat. Dalam prosesnya, murid diberikan kebebasan, tetapi guru bertindak sebagai seorang Pamong yang memberi tuntunan dan memberdayakan semua potensinya agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Selama pembelajaran di PPGP ini saya merasa bahwa Fasilitator saya sudah menjalankan fungsinya sebagai Coach yang baik, dan saya sebagai Coachee telah berhasil memecahkan masalah saya sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang saya buat. Dan Coach saya mengarahkan agar setiap pengambilan keputusan harus berbasis nilai-nilai kebajikan, menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang baik, 4 paradigma dan menggunakan konsep 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya merasa keputusan yang saya ambil sudah tepat dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak ada keraguan untuk melaksanakan apa yang sudah disepakati, setelah saya melakukannya dengan Coach yang saya anggap kerkompeten dan tepat. 

 

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah atau kasus dilema etika,  seorang guru pastinya mengalami gejolak  pada aspek sosial emosionalnya. Apabila dirasa perlu ketenangan sebaiknya melakukan TEKNIK STOP secara berulang untuk menghadirkan kesadaran penuh dan relaksasi.. Dan jika dirasa masih ragu untuk memtuskan serta memerlukan bantuan orang lain, hendaknya melakukan coaching, dengan Coach yang dianggap memiliki kemampuan dan berkompeten, sehingga keputusan yang dibuat dapat dievaluasi dan direfleksi.Setelah melalui pemikiran ulang, evaluasi dan refleksi,pengambilan keputusan yang dilakukan adalah yang terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan.

 

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang Pendidik?

Seorang Pendidik harus dapat mengidentifikasi manakah kasus yang masuk katagori Dilema Etika ataukah Bujukan Moral. Karena dengan mengidentifikasi setiap kasus atau permasalahan, maka akan didapatkan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Dan seorang Pendidik harus benar-benar bisa menjalankan fungsinya sebagai seorang Guru yang memiliki nilai dan peran yang sangat relevan dengan nilai-nilai kebajikan universal,yaitu berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif dan sejalan dengan prinsip-prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan.


6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman serta nyaman. Hal ini dapat dicapai apabila sesorang telah menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan sesuai dengan kasus atau permasalahan yang dihadapi, dan berbasis pada nilai-nilai kebajikan, menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan dengan menjalankan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan.

 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus  dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? 

Dalam setiap menghadapi kasus-kasusdilema etika, tentunya memiliki tantangan-tantangan tersendiri ketika menyelesaikannya.

Sebelum saya mengatasi permasalahan atau kasus dilema etika yang saya hadapi, saya akan menelaah dan mengidentifikasi terlebih dahulu serta mengelompokkannya mulai dari kasus yang ringan/kecil hingga kasus yang saya anggap berat. Tantangan utama saya adalah bagaimana saya menyelesaikan kasus yangb membutuhkan banyak pertimbangan, sehingga saya merasa perlu mengkommunikasikannya kepada orang lain, ataupun melalui Rapat Dinas. Nah ketika saya mengemukakan permasalahan/kasus tersebut, pasti akan mendapatkan beragam tanggapan dari para peserta rapat. Yang pada akhirnya keputusan itu tetap saya yang memutuskan selaku Pemimpin Pembelajaran. Disitulah tantangannya, yaitu bagaimana menyamakan persepsi dari orang yang berbeda, sehingga menghasilkan keputuisan yang benar-benar bisa diterima oleh semua pihak dan ada jalan tengahnya. Selain itu juga tantangan lain adalah waktu yang diperlukan dalam mengambil keputusan terkadang ada yang harus diambil keputusan langsung dan perlu pemikiran orang lain. Nah ketika harus memutuskan langsung itulah, saya kadang merasa ada keraguan dengan pengambilan keputusan, sehingga saya perlu meninjau ulang dan merefleksikannya dengan kembali meninjau 4 paradigma benar versus benar, yaitu :

a. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d. Jangka pendek vs jangka panjang (short term vs long term)

 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang tepat, sesuai dengan nilai dan peran sebagai seorang Pendidik, yaitu pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, mandiri, kreatif, inovatif dan reflektif sudah pasti akan berdampak posistif pada kegiatan pembelajaran serta pengajaran yang sesuai dengan Tujuan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, yaitu Pendidikan dan Pengajaran yang memerdekakan murid.Saya memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid saya yang beragam adalah dengan menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial-Emosional yang tepat sesuai dengan keberagaman yang ada di kelas saya.

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai seorang Pemimpin Pembelajaran, tentunya dalam setiap pengambilan keputusan harus sesuai dengan nilai dan peran kita sebagai seorang Pendidik/Guru. Nilai-nilai yang berbasis kebajikan universal dan positif serta peran sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid dan mewujudkan kepemimpinan murid haruslah selalu diterapkan. Misalnya pada saat penetuan Kenaikan Kelas. Terkadang Guru dihadapkan pada situasi dilema etika, antara Keadilan versus Kasihan. Selain itu juga penting untuk selalu menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dengan 4 paradigma dan mempertimbangkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apabila kita sudah benar-benar melaksanakan segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tersebut, maka keputusan yang diambil adalah yang terbaik dan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-murid kita.

 

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya, semua memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Berikut penjelasannya :

1.        Antara Modul 3.1 dengan Modul 1

adalah terkait dengan Pengambilan Keputusan seorang Pendidik/Guru hendaknyalah harus sejalan dengan filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan 3 Protap Triloka KHD, yaitu :

Ing ngarso sung tulodo (di depan memberikan teladan)

Ing madyo mangun karso (di tengah memberikan motivasi)

Tut wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan)

Selain itu juga dalam setiap pengambilan keputusan seorang Pendidik/Guru juga harus benar-benar menjalankan nilai dan perannya sebagai seorang Pendidik/Guru, yaitu berpihak pada murid, mandiri, kreatif, inovatid dan reflektif serta mampu menjadi pemimpin pembelajaran yang baik.

Dari kebiasaan-kebiasaan atau Budaya Positif yang selalu dilakukan oleh seorang Pendidik/Guru, maka setiap pengambilan keputusan yang dibuat berlandaskan pada ketentuan-ketentuan pengambilan keputusan, yaitu berprinsip pada 3 ketentuan, 4 paradigma dan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Sehingga keputusan tersebut adalah keputusan terbaik yang tidak merugikan dan dapat diterima oleh semua pihak.

 

2.        Antara Modul 3.1 dengan Modul 2 adalah terkait Pengambilan Keputusan yang diambil oleh seorang Pendidik/Guru terkait dengan Pembelajaran dan Pengajaran yang akan dilakukan di kelas, dengan potensi setiap murid yang berbeda. Disinilah seorang Pendidik/Guru perlu mengambil keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan Pembelajaran yang berpusat pada murid, yaitu menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial Emosional. Apabila di dalam pembelajaran tersebut ada kendala, hambatan, dan tantangan, maka praktek Coaching perlu dilaksanakan, untuk mengambil  keputusan yang berpihak pada murid, dengan peran Pendidik /Guru sebagai Coach terbaik bagi murid-muridnya. Dan ketika kita mengalami keresahan dalam pengambilan keutusan, tidak ada salahnya untuk relaksasi menggunakan TEKNIK STOP sesering mungkin.

 

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Awal saya mempelajari modul ini ada sedikit kebingungan dalam memahami antara kasus dilema etika dengan bujukan moral. Namun seiring berjalannya waktu dan mempelajari kasus dan analisis kasus, maka saya semakin dapat mengidentifikasi dan menelaah mana kasus yang dilema etika ataupun bujukan moral serta bagaimana cara menanganinya. Dan setelah saya mempelajari dan memahami materi ini, hal-hal diluar dugaan sayapun terjafdi, yaitu ternyata selama ini saya sering dihadapkan pada kasus dilema etika, namun tidak menyadarinya, dan saya telah melakukan pengambilan keputusan yang belum maksimal menerapkan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dengan 4 paradigma dan 9 langkahnya.

 

Berikut pemahaman saya tentang dilema etika, bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan :

1. Dilema Etika; merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan yang secara moral benar, tetapi bertentangan (benar lawan benar)

2. Bujukan Moral; merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah (benar lawan salah)

3. 4(Empat) Paradigma Pengambilan Keputusan

Ada 4 (empat) paradigma pengambilan keputusan, yaitu :

a. Individu lawan masyarakat 

b. Rasa keadilan lawan rasa kasihan

c. Kebenaran lawan kesetiaan

d. Jangka pendek lawan jngka panjang

 4. 3 (Tiga) Prinsip Pengambilan Keputusan

Ada 3 katagori prinsip pengambilan keputusan, yaitu :

a. Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang

b. Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah  ditetapkan

c. Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang Anda harapkan orang lain lakukan terhadap Anda

 5. 9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan

a. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

b. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi seperti itu

c. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut

d. Pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi/perasaan, uji publikasi dan uji panutan

e. Pengujian paradigma benar lawan benar (gunakan 4 paradigma)

f. Melakukan prinsip resolusi (gunakan 3 prinsip pengambilan keputusan)

g. Investigasi opsi trilema (pilihan keputusan yang lain)

h. Buat keputusan

i. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, yaitu pada saat penentuan kenaikan kelas. Saya mengalami pergolakan moral sebuah dilema, dimana ada murid saya, yang jarang masuk, dan selalu hadir hanya pada saat-saat ujian saja. Sedangkan salah satu syarat untuk kenaikan kelas adalah kehadiran sekitar 80%. Saya hanya menyelesaikannya dengan dialog kepada murid saya, lalu memanggil orang tua murid saya tersebut. Namun diperjalanan tetap tidak ada perubahan yang signifikan dari murid saya setelah dilaksanakan pembinaan. akhirnya saya menyampaikan kegalauan saya tersebut kepada Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran tertinggi di sekolah secara pribadi. Kalau menurut saya langkah-langkah yang saya lakukan belum maksimal dan berbeda dari yang saya pelajari saat ini, saya hanya berdialog dan mengkomunikasikannya kepada orang yang saya rasa mampu membantu saya dalam memutuskan.Dan pengambilan keputusan yang saya ambil waktu itu belum sepenuhnya sesuai prinsip-prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengam,bilan dan pengujian keputusan.

 

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari konsep ini pastinya banyak hal positif yang saya dapatkan. Tentunya ada banyak perubahan pada diri saya dalam pengambilan keputusan, yaitu saya harus lebih berhati-hati lagi dalam mengambil keputusan yang saya buat, dan benar-benar mempertimbangkannya, agar setiap keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak dan merupakan keputusan yang terbaik, yang tidak merugikan siapapun.Selain itu juga saya harus selalu mengidentifikasi mana kasus dilema etika atau bujukan moral, sehingga saya akan memiliki Keterampilan untuk menyelesaikannya dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip pengambilan keputusan, 4 paradigma dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya mempelajari topik Modul 3.1 ini sangat penting sebagai individu karena profesi saya sebagai Pendidik/Guru dan sekaligus seorang Pemimpin Pembelajaran, yang sering dihadapkan pada permasalahan/kasus-kasus dilema etika ataupun bujukan moral, dalam melaksanakan tugas, pokok dan fungsi sebagai Pendidik/Guru/Pemimpin Pembelajaran. Keterampilan mengatasi segala permasalahan menurut saya adalah suatu kompetensi yang harus dikuasai dan dimiliki oleh setiap individu yang berprofesi sebagai Pendidik/Guru/Pemimpin Pembelajaran.

 

Demikian rangkuman materi Koneksi Antar Materi yang saya buat, semoga bermanfaat.


Contact Form

Name

Email *

Message *