Jurnal refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3 Pengelolaan program Berdampak Positif Pada Murid

Jurnal refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3

Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).

      1. Fact (Peristiwa)

Pada minggu kedua puluh dua ini, saya telah mengikuti kegiatan pembelajaran modul modul 3.3 tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Dalam hal ini dimulai dengan alur MERDEKA yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep mandiri, dan eksplorasi konsep forum diskusi membahas mengenai cara membuat program yang berdampak pada murid di sekolah. Untuk eksplorasi konsep – forum diskusi  3.3.a.4.1 masing masing jenjang memposting program/ kegiatan yang sudah/ akan dilaksanakan, kemudian anggota tiap jenjang menanggapinya. Setiap kelompok hanya mendiskusikan sebuah kegiatan/program sekolah. Kelompok dibagi menjadi  3, yaitu Kelompok jenjang SD, SMP,dan  SMK/SMA. Karena diskusi ini bertujuan untuk mengembangkan ide dan pemahaman bersama, maka setiap orang diharapkan dapat fokus pada percakapan yang terjadi dalam thread diskusi daring ini. Dalam hal ini tidak hanya sekali memberikan komentar. Setiap orang perlu berasumsi bahwa mereka akan mempelajari sesuatu dalam setiap percakapan tertulis yang ada di LMS tersebut. 

Selama ini dalam merencanakan dan menyusun program kegiatan di sekolah masih belum dilakukan sesuai tahap pengelolaan program yang berdampak pada murid tahap-tahap yang seharusnya dilakukan yaitu

1.     menganalisis aset apa yang dapat dimanfaatkan dalam penyusunan program yang berdampak pada murid

2.     merencanakan program yang berdampak pada murid dengan tahapan BAGJA

3.      menerapkan manajemen resiko dan mengelola resiko menjadi sebuah potensi yang berorientasi pada pembelajaran murid

4.      melakukan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan program yang berdampak pada muri



2. Feeling (Perasaan yang Dialami)

Perasaan saya selama mengikuti pembelajaran di minggu ini sangat senang dan bersyukur karena mendapatkan pengetahuan, berbagi pengalaman baru serta wawasan tentang cara membuat program yang berdampak pada murid

     3Finding (Pembelajaran yang Didapat)

Pelajaran yang saya dapatkan pada minggu ini adalah membuat suatu program yang berdampak pada murid dengan menciptakan lingkungan belajar yang bisa menumbuhkan kepemimpinan murid dalam proses belajar mereka sendiri. Sehingga murid bisa berpendapat (suara) menentukan pilihan, dan rasa kepemilikan murid. Materi mengenai pengelolaan program yang berpihak pada murid ini sangat bermanfaat bagi seorang guru terutama mengenai menentukan prioritas masalah dan kebutuhan di sekolah. Bentuk program dan strategi, memilih bentuk program yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan, tahapan pengelolaan program yang efektif dan berdampak, serta mengevaluasi praktik yang selama ini dijalankan di sekolah, manajemen risiko dan mengelola resiko. Itu semua menjadi sebuah potensi yang berorientasi pada pembelajaran murid serta prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi, serta menerapkan dalam pengelolaan program.

Pembelajarn student agency  dari Fasilitator Bapak Imam Sofi’i tentang “Konstruktivisme Vs Behaviorisme (Determinisme)”. Pada waktu anak saya kedua masih kecil salah satu mainan favoritenya adalah mainan lego, yaitu sejenis mainan merangkai kotak-kotak plastic kecil-kecil warna-warni menjadi berbagai bentuk yang disukai seperti mobil-mobilan, rumah-rumahan, senjata-senjata-an, dst. Contoh kecil ini adalah contoh dari konstruktivisme, artinya anak-anak merangkai, menyusun, membentuk, membangun, meng-konstruk sebuah bentuk yang bermakna dari puluhan serpihan kotak-katak plastic kecil-kecil warna-warni.

Proses pembuatannya tentu diawali oleh gagasan dari anak itu sendiri, pilihan anak itu sendiri, dan ada semacam rasa memiliki sebagai karya anak itu sendiri. Sehingga sejak masih dalam bentuk gagasan, proses pembuatan, hingga hasil akhir semua berada dalam kendali (control) anak itu sendiri.

Hal ini merupakan benih dari proses konstruksi-konstruksi berikut dalam diri anak, sehingga ketika kelak sudah dewasa mampu mengkonstruksi berbagai karya seperti mengkonstruksi bangunan yang indah, mendesign mobil dan kereta api yang bagus, menulis novel best seller, dst. yang semuanya diawali dari kesempatan fasilitasi yang dimiliki anak sehingga ia terus membangun kemampuannya untuk mengkonstruksi.

Oleh karena itulah dalam dunia pendidikan sangat dianjurkan agar guru memahami dengan baik dan menerapkan filosofi konstrutivisme ini dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Sehingga guru mampu membangun suasana pembelajaran yang mendorong anak untuk membangun gagasannya sendiri, berproses sesuai dengan bakat dan minatnya sendiri, berkarya dengan corak khas tersendiri. Pendek kata semua proses berada dalam kendali (control) anak.

Hal ini berbeda dengan filosofi behaviorisme atau determinisme, yang didalamnya peran guru sangat dominan. Filosofi ini berdasarkan kepada penelitian oleh Pavlov bahwa dengan suatu kondisi tertentu maka anjing akan melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita. Misal, ketika dibunyikan bel kemudian dilanjutkan dengan anjing diberikan makanan, maka setelah beberapa kali dilakukan, ketika bel berbunyi, anjing tersebut menjadi ngiler. Bahkan ketika ia tidak diberikan makan setelah bel berbunyi. Pengkondisian oleh bunyi bel, mengasosiasi neuron dalam pikiran anjing tentang makanan. Berdasarkan penelitian ini Pavlov berpendapat bahwa kondisi tertentu akan mentrigger (memicu) perilaku (behavior) tertentu. Sehingga proses pendidikan yang baik adalah keberhasilan dalam merubah perilaku anak sesuai dengan keinginan guru dengan perlakuan tertentu.

Sehingga kendali dalam pendidikan yang berpegang pada filosofi behaviorisme berada pada guru. Anak-anak dinyatakan berhasil dalam proses pendidikannya, ketika mereka berhasil mengerjakan tugas dan soal-soal ujian yang standartnya (ukuranya) ditentukan oleh guru. Dalam berperilaku, bila anak manut sesuai dengan keinginan guru maka anak tersebut dinyatakan berhasil, sebaliknya bila tidak sesuai dinyatakan tidak berhasil. Dengan demikian filosofi behaviorisme kurang menghargai perbedaan anak, kurang menghargai kerangka berfikir anak yang berbeda-beda, kerangka bakat dan minat yang juga berbeda-beda, kontruksi yang dibangun anak sejak kecil yang juga berbeda-beda, seperti layaknya pelangi dengan aneka warna, atau bunga-bunga yang juga beraneka warna dan aromanya.

Anak-anak bukanlah kertas kosong, sejak lahir anak-anak sudah dikarunia kecerdasan, minat, dan kecenderungan yang berbeda. Alangkah indahnya filosofi yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang menjadi semboyan kementerian pendidikan dan kebudayaan sejak awal kemerdekaan, Tut Wuri Handayani

Pada Eksplorasi Konsep Modul 3.3 dijelaskan secara detail tentang *Kepemimpinan Murid (Student Agency). Kita diminta jangan sampai salah konsep, sehingga beranggapan bahwa kepemimpinan murid dalam hal ini dianggap seperti Kegiatan OSIS. Studen Agency dalam hal ini, adalah bagaimana guru membangun lingkungan yang mendorong murid untuk membangun proses belajarnya sendiri seoptimal mungkin mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri.

    4Future (Penerapan ke Depan)

Setelah mengikuti proses pembelajaran pada minggu ini saya akan mencoba menerapkan pengetahuan yang saya miliki dalam menyusun rencana program pembelajaran di kelas saya.  Saya akan berusaha belajar menerapkan program yang berdampak pada murid dengan menciptakan lingkungan yang bisa mengembangkan kepemimpinan murid. Dengan demikian guru memberikan kesempatan bagi murid untuk terlibat dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran. Setelah mendapatkan materi mengenai pengelolaan program yang berpihak pada murid, saya juga berusaha untuk melakukan beberapa perubahan dalam praktik yang saya lakukan. Saya akan berusaha menerapkan teknik pengelolaan program yang berpihak pada murid tersebut dalam setiap aktivitas yang saya lakukan dalam merencanakan dan melaksanakan suatu program.

 


JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2 PEMPIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumberdaya

Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).

1.       Fact (Peristiwa)

Pada minggu ini, saya telah mengikuti kegiatan pembelajaran modul 3.2 sub modul 3.2.a.7 Elaborasi Pemahaman- Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, 3.2.a.8 Koneksi Antar Materi- Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, dan 3.2.a.9 Aksi Nyata- Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Pada ruang elaborasi, CGP menonton video, menuliskan hal-hal menarik yang ditemukan dari video berhubungan dengan materi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya serta peran CGP sebagai pemimpin dalam video tersebut. Selain itu CGP mengikuti materi secara daring bersama instruktur Ibu Dianindah untuk memperdalam pemahaman mengenai modul 3.2. Kemudain CGP diminta membuat koneksi antar materi modul 3.2 yang dikaitkan dengan modul 1, 2, dan sub modul 3.2. Diminta membuat sintesis berbagai materi. CGP diberikan tantangan untuk membuat kesimpulan dan juga koneksi antara semua materi yang telah diberikan dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikut proses Pelatihan Guru Penggerak.Membuat kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran  dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana CGP bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Menjelaskan dan memberi contoh  bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.  Memberi contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang CGP dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.Menceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah CGP mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri CGP setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.mengkoomunikasikan hasil kesimpulan CGP dengan cara apapun yang bisa CGP pilih sendiri. Mengunggah bagan pada LMS.Selain itu juga diminta membuat prakarsa perubahan dengan model BAGJA. Pada minggu ini adalah akhir dari pembelajaran pada modul 3.2 yang tutup pada kegiatan LMS yaitu aksi nyata.

 2.       Feeling (Perasaan yang Dialami)

Setelah melakukan pembelajaran bersama instruktur, membuat koneksi antar materi, dan rencana aksi nyata berupa prakarsa perubahan, saya merasa sangat tertantang dan semangat.

Saya mencoba melakukan refleksi berdasarkan pengalaman belajar yang telah dilalui dan membuat kesimpulan dengan pendampingan fasilitator. Saya melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah kami lalui dan menggunakan pemahaman baru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diampu. Saya sangat senang melakukan refleksi agar dapat merenung, mengingat kembali, dan melakukan pendalaman materi berdasarkan pengalaman belajar yang telah dilalui. Proses melakukan refleksi dan membuat kesimpulan ini didorong melalui pendampingan dan pertanyaan-pertanyaan melalui LMS yang selalu kami selesaikan dengan penuh tanggung jawab.

3.       Finding (Pembelajaran yang Didapat)

Pada minggu ini belajar banyak tentang Pendekatan berbasis aset. Pendekatan berbasis aset merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal positif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir. Kita diajak fokus pada apa yang bekerja yang menjadi inspirasi, kekuatan atau potensi yang positif. ABCD merupakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann. Pendekatan ini dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan.

4.       Future (Penerapan ke Depan)

Setelah mengikuti proses pembelajaran pada minggu ini saya akan mencoba menerapkan pengetahuan yang saya miliki dalam menyusun rencana program pembelajaran di kelas saya.  Saya akan selalu menerapkan pendekatan berbasis aset karena melalui pendekatan ini memberi nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunita.  Selain itu pendekatan ini berfokus pada potensi aset atau sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Pendekatan berbasis aset merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal positif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir kita diajak fokus pada apa yang bekerja yang menjadi inspirasi kekuatan atau potensi yang positif.

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.2 – PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA

 


Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

 ·           Kesimpulan tentang ‘Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan implementasi di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

1.        Murid

2.        Kepala Sekolah

3.        Guru

4.        Staf/Tenaga Kependidikan

5.        Pengawas Sekolah

6.        Orang Tua

7.        Masyarakat sekitar sekolah

8.        Dinas terkait

9.        Pemerintah Daerah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:

1.        Keuangan

2.        Sarana dan prasarana

3.        Lingkungan alam

Dalam modul 3.2 ini terdapat pendekatan berfikir dalam pengelolaan aset terdiri atas 2 jenis, yakni:

1.        Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.

2.        Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking)adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, maka harus bisa menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau asset based thinking.

 Maka akan muncul pertanyaan mengapa berfikir berbasis aset?

1.        Berfikir berbasis aset menjadikan suasana nyaman dan menyenangkan.

2.        Berfikir berbasis aset maka kita bisa membayangkan masa depan.

3.        Berpikir berbasis aset artinya kita berfikir tentang kesuksesan.

4.        Berpikir berbasis aset artinya kita mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan).

5.        Berpikir berbasis aset artinya kita merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan.

6.        Berpikir berbasis aset artinya melaksanakan rencana-rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mempunyai pola pikir dan sikap positif untuk menuju perubahan sehingga bisa mengelola aset yang ada dengan pendekatan positif agar bisa memanfaatkan aset yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas, dan mewujudkan siswa yang senang dan bahagia. Tentunya pendekatan yang dilakukan merupakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada:

1.        Nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas.

2.        Mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.

3.        Kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri.

4.        Berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Berdasarkan sumberdaya yang ada di sekolah dan dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan tujuh aset / potensi atau modal utama sebuah sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. Tujuh aset / potensi atau sumber daya sekolah tersebut antara lain: (1) Modal Manusia (2) Modal Fisik (3) Modal Sosial (4) Modal Finansial (5) Modal Politik (6) Modal Lingkungan/ Alam (7) Modal Agama dan Budaya. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk selalu berpikir positif dan bisa mengembangkan potensi sekolah. Guru mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan, merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

·          Penjelasan dan contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

Sekolah adalah institusi pendidikan yang bertanggungjawab dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki peran yang sangat strategis karena salah satu dari tugas kepala sekolah adalah menjadi seorang pengelola/manajer. Kepala sekolah harus mampu mengatur keseluruhan sekolah, termasuk mengatur sumber daya manusia yang ada; terutama para guru dan staff administrasi yang merupakan para pelaksana langsung dalam kegiatan sekolah yang juga berperan besar dalam kesuksesan sekolah dalam rangka untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah. Pengelolaan sumber daya dilakukan dengan beberapa aktivitas termasuk persiapan, penataan, pengarahan, dan pengawasan. Dalam hal manajemen sumber daya manusia, kepala sekolah memiliki tugas yang terbagi dalam tiga aspek, diantaranya: 1) pembekalan bagi para pegawai, 2) pemanfaatan para pegawai yang sudah ada, dan 3) membangun dan mengembangkan. Faktor yang mendukung dan juga menghambat dalam manajemen sumber daya manusia harus dikelola dengan baik sehingga kinerja yang bagus akan diperoleh, tujuan sekolah dapat tercapai, dan kualitas lulusan akan meningkat.

Sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, tugas kepala sekolah mencakup 3 aspek, yaitu: 1) pengadaan tenaga, 2) pemanfaatan tenaga yang telah dimiliki, serta 3) pembinaan dan pengembangan. Dalam pengadaan tenaga, kepala sekolah harus melakukan analisis pekerjaan sehingga tenaga akan benar-benar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Setelah itu dilakukan, maka sekolah baru mengadakan tenaga yang dibutuhkan. Untuk sekolah negeri tidak bisa merekrut sendiri, tetapi mengusulkan pengangkatan tenaga baru kepada atasan langsung (Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten/Kota). Kepala sekolah dalam pembinaan dan pengembangan tenaga yang dimiliki dapat dilakukan dengan peningkatan profesionalisme, pembinaan karir, dan peningkatan kesejahteraan. Langkah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kontribusi tenaga pendidik dan kependidikan atau sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dalam pencapaian tujuan sekolah.

Agar seluruh sumber daya manusia yang ada di sekolah, seperti wakil kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik, orangtua peserta didik, komite sekolah, dan pihak-pihak terkait dapat berperan secara optimal dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah, maka perlu dikelola dan diberdayakan oleh kepala sekolah sesuai kapasitas masing-masing. Untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga adminstrasi dapat dilakukan melalui: 1) mengikutsertakan dalam pelatihan baik yang dilaksanakan di sekolah (in house training) maupun di luar sekolah dan setelah pelatihan harus mengimbaskan kepada guru/tenaga administrasi lain, 2) sekolah menyediakan buku-buku atau referensi yang memadai bagi guru/tenaga administrasi, dan 3) mendorong dan memfasilitasi guru/tenaga administrasi untuk melakukan tutor sebaya melalui kegiatan KKG/MGMP baik di tingkat sekolah atau kabupaten/kota. Bentuk upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga adminstrasi, misalnya pelatihan tentang kurikulum, pengembangan media pembelajaran, keterampilan menggunakan komputer, pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi, kearsipan, perpustakaan, pengelolaan laboratorium, dan lain-lain. Selain itu, kepala sekolah harus melakukan pembinaan karir bagi guru dan tenaga administrasi dengan membantu, mendorong, dan memfasilitasi agar mereka dapat meningkatkan karirnya. Langkah yang dapat dilakukan kepala sekolah, antara lain: 1) mengkaitkan prestasi guru/tenaga administrasi dengan peningkatan jabatan baik struktural maupun fungsional, 2) membantu guru agar lancar dalam kenaikan pangkat melalui usulan PAK, dan 3) jika di sekolah tidak ada formasi kosong, maka kepala sekolah dapat membantu guru/tenaga administrasi yang berprestasi untuk dipromosikan ke sekolah lain atau ke tingkat yang lebih tinggi.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan kesejahteraan. Kesejahteraan dapat berupa materi atau non-materi yang mengarah pada kepuasan kerja. Untuk itu perlu dilakukan oleh kepala sekolah hal-hal sebagai berikut: 1) memberikan apa yang menjadi hak guru dan tenaga administrasi, 2) memberikan penghargaan bagi guru dan tenaga administrasi yang berprestasi atau mengerjakan tugas dengan baik, 3) membina hubungan kekeluargaan di antara para guru dan tenaga administrasi beserta keluarganya, 4) memberikan kesempatan dan memfasilitasi agar setiap guru dan tenaga administrasi dapat mengaktualisasikan potensinya dengan cara memberi kesempatan mengemukakan gagasan dan mewujudkannya, dan 5) jika memungkinkan mengupayakan kesejahteraan materi dalam APBS sepanjang tidak menyalahi aturan yang ada.

Guru sebagai ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran harus selalu didorong dan difasilitasi oleh kepala sekolah agar mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Peran guru sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih akan berlangsung dengan baik apabila dikelola dengan baik pula sehingga akan memberikan hasil.

pendidikan yang optimal dan sesuai harapan semua pihak. Di samping guru sebagai tenaga pendidik, maka tenaga administrasi juga berperan penting dalam mendukung tugas pendidik dan urusan persekolahan lainnya, seperti kegiatan surat-menyurat, inventaris barang, perpustakaan, pemeliharaan dan pendayagunaan laboratorium, dan sebagainya. Dengan demikian, peran tenaga administrasi juga sangat penting dalam mendukung kegiatan pembelajaran yang efektif. Bahkan peserta didik, orangtua peserta didik, dan komite sekolah seharusnya juga bisa dikelola dengan baik agar memberi dukungan secara menyeluruh terhadap pencapaian tujuan sekolah. Mereka juga perlu dilibatkan dalam pengambilan kebijakan sekolah sesuai porsinya masing-masing sehingga akan memberikan dukungan yang kuat dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah.

Semua upaya yang dilakukan tersebut sebenarnya bermuara pada kepentingan peserta didik, yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu, lulusan yang menguasai seluruh kompetensi yang dipersyaratkan dengan kategori baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kepala sekolah harus melakukan upaya-upaya tertentu dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki sekolah agar seluruh tenaga, terutama guru dan tenaga administrasi agar mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

·           Beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

1.    Modul 1.1 Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara : Pemetaan potensi yang bisa disesuaikan untuk menuntun murid sesuai kodratnya. Bagaimana guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid dengan menggali aset/kekuatan yang ada.

2.    Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Kompetensi atau kemampuan untuk merefleksikan, membuat inovasi dan kreatifitas serta berkolaborasi dalam mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam melihat aset/kekuatan yang ada.

3.    Modul 1.3 Visi Guru Penggerak: Konsep BAGJA dan 5D digunakan untuk memulai perencanaan dalam pengelolaan sumber daya.

4.    Modul 1.4 Budaya Positif: Memetakan potensi / aset adalah salah satu cara berpikir positif dalam perencanaan pengembangan sumber daya.

5.    Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi: Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa memetakan minat dan kreatifitas siswa sebagai aset terbaik sekolah.

6.    Modul 2.2 Keterampilan Sosial dan Emosional: Kompetensi / kemampuan guru dalam keterampilan sosial dan emosional dalam memaksimalkan pembinaan siswa sebagai aset sekolah.

7.    Modul 2.3 Coaching: Teknink, prinsip, dan langkah-langkah coaching bisa dilakukan guru untuk menggali kemampuan dan kemandirian coachee sebagai aset sekolah, dalam menyelesaikan permasalahannya.

8.    Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran : Dengan menerapkan konsep, paradigma dan nilai kebaikan bersama serta penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, maka pengelolaan aset dapat berjalan lebih optimal.

·           Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri saya setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

a.             Sebelum Mengikuti Modul Ini:

1.          Saya cenderung masih berfokus pada berpikir akan kekurangan yang saya miliki dalam Langkah ke depan

2.        Saya belum sepenuhnya mengenali aset/ kekuatan yang ada

3.        Berpikir berbasis masalah

4.        Tentunya saya belum memahami tentang bagaimana cara atau pendekatan yang sesuai jika terdapat asset yang dapat dimanfaatkan

b.             Sesudah Mengikuti Modul Ini:

1.    Saya lebih berfokus pada sumber daya

2.    Saya cenderung berpikir apa yang bisa dikembangkan

3.    Perbedaan Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul 3.2 (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) saya makin mantap dan lebih optimis untuk menjadi seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada.

4.    Saya selalu melakukan pendekatan berpikir berbasis asset

JURNAL REFLESI DWIMINGGUAN MODUL 3.1. PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

JURNAL REFLESI DWIMINGGUAN

MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).

1.       Fact (Peristiwa)

Pada Minggu, CGP sudah mulai melanjutkan pembelajaran baru yaitu mulai mempelajari modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin setelah 1 bulan vakum. Pembelajarn seperti biasa dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demonstrasi kontektual, elaborasi pemahaman, koneksi antarmateri dan aksi nyata. Selain itu sudah mulai pendampingan individu (PI 4) oleh penfajar praktek.

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran memerlukan panduan yang menuntun dalam mengambil keputusan dilemma etika/bujukan moral.  Dalam menambah wacana tentang bagaimana pengambilan keputusan yang bersifat dilemaetika, CGP diberi kesempatan mewawancai 2-3 kepala sekolah selanjutnya melakukan analisi dan refleksi hasil wawancara dengan para kepala sekolah apakah sudah sesuai dengan 4 paradgma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.

2.       Feeling (Perasaan yang Dialami)

Perasaan saya pastinya sangat senang mendapat pengalaman belajar baru yang bermanfaat bagi saya dalam mengambil suatu keputusan baik sebagai guru terhadap muris, terhadap teman guru lain pada persoalan-persoalan yang berisifat dilemma etika. Selain itu melalui wawancara dengan 2 kepala sekolah yang saya lakukan dapat menambah dan melatih saya bagaimana melakukan komunikasi yang efektid dan pengambilan suatu keputusan yang bertanggungjawab dan pastinya berpihak pada murid.

3.       Finding (Pembelajaran yang Didapat)

Saya sudah mempelajari cara membedakan dilema etika/ ethical dilemma dengan bujukan moral/ moral temptation. Saya juga belajar mengidentifikasi jenis dilema berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri yaitu Individu lawan masyarakat (individual vs community); Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) ; Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) ; dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Saya juga telah mempelajari 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu (Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking); Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking); dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) untuk menghadapi dilema etika.

Saya mengetahui 9 Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan, yaitu: 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) Pengujian benar atau salah, 5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, 6) Melakukan Prinsip Resolusi, 7) Investigasi Opsi Trilema, 8) Buat Keputusan,dan 9) Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan. 

4.       Future (Penerapan ke Depan)

Setelah melakukan pembelajaran pengambilan keputusan, selanjutnya untuk mengasah ketrampilan tentang penerapan paradigma, prinsip dan Langkah-langkah pengambilan keputusan saya berusaha melatih diri dengan menerapkannya dingkungan kelas  dan sekolah tempat saya mengajar. Dengan demikian akan menjadi pembiasaan manakala saya diberikan kesempatan sebagai pemimpin.

 

  

Contact Form

Name

Email *

Message *